Indonesia Bak Surga Duniawi


By. Masykur A. Baddal **. Beberapa waktu yang lalu, tepatnya di penghujung tahun 2011. Aku mendapat kunjungan dari seorang sahabat lama. Sahabatku itu bernama Ahmed Goumah, berasal dari negara Mesir. Selain sebagai sahabat, Goumah juga menjadi partner bisnisku selamana ini. Namun, dikarenakan peristiwa revolusi yang melanda Mesir, hubungan bisnis tersebut sempat terhenti beberapa waktu.

Kunjungan Goumah ke Indonesia, memang tidak terduga-duga. Apalagi jika melihat situasi mutakhir saat ini di negara asalnya,  yang serba tidak menentu. Karena masih dalam tahap transisi. Namun, naluri bisnis seorang Goumah untuk tetap eksis dalam percaturan bisnis di negeri asalnya, tidak menyurutkan langkahnya untuk berangkat ke Indonesia, guna memperluas jaringan mitra dalam bisnisnya.

Setelah mendapat informasi mendadak, beberapa jam sebelumnya via SMS. Tepat jam 08.30 WIB, dengan menggunakan maskapai Singapore Airlines, dia telah selamat tiba di Jakarta. Aku pun dari beberapa saat yang lalu, telah berada di airport itu. Setelah mendengar informasi kedatangan pesawat lewat pengeras suara, aku beranjak melihat monitor informasi, untuk memastikan jika pesawat yang ia tumpangi, telah mendarat di bandara Soekarno Hatta.

Beberapa saat menanti, tiba-tiba dari kejauhan aku melihat Goumah dengan ciri khas Mesirnya, berbadan bongsor dan berkepala plontos. Berjalan perlahan-lahan sambil menenteng sebuah hand bag lusuh, dengan ekspresi wajah sedikit kebingungan. Aku memaklumi hal tersebut, karena Indonesia adalah negara pertama yang baru dikunjunginya. Setelah menyelesaikan semua urusan imigrasi dan beacukai di airport, lalu ia pun keluar menemuiku dengan wajah gembira.

“Ya Ahlah Wasahlan fi Ardil Gannah” (selamat datang di negeri surga), dengan penuh kehangatan aku menyambutnya, sambil bersalaman khas Mesir dengannya. Terlihat dia sedikit kaget dengan ucapanku yang mengatakan surga. Aku pun tidak merespon kekagetannya itu, namun tanpa membuang-buang waktu, langsung saja aku membawanya untuk beristirahat di sebuah cafe, yang ada di hall bandara itu.

Setelah cukup beristirahat, sambil menikmati secangkir coffee espresso, lalu kami pun beranjak dari sana menuju ke sebuah hotel yang berdekatan dengan bundaran HI. Selesai melakukan proses check-in hotel, aku membantunya menenteng barang-barang bawaannya, berupa sebuah hand bag lusuh dan kantong kresek pelastik. Mengingat hari itu belum ada agenda resmi pertemuan dengan mitra bisnisnya di Indonesia, maka aku ingin mengajaknya untuk melihat-lihat kota Jakarta, serta berwisata ke Taman Impian Jaya Ancol.

Taman impian jaya ancol, adalah lokasi wisata yang sudah terintegrasi, dengan beberapa fasilitas wisata bertaraf internasional lainnya. Menurutku, tentu pengalaman tersebut akan menjadi sangat berkesan bagi Goumah, apalagi di negara asalnya tidak terdapat taman serupa. Jarum jam telah menunjukkan 10.30, tanpa membuang-buang waktu, aku pun langsung mencarter sebuah taxi, guna menghindari kemacetan dan batas waktu three in one dalam kota Jakarta.

Salah satu sifat unik orang Mesir adalah, selalu menganggap bahwa negerinya yang terbaik di dunia dengan ungkapan ” Masri Ommud Donya, Wa agmal balad fil ‘Aalam” (Mesir adalah Ibu dari negeri-negeri di dunia, dan negeri terindah di seluruh dunia). Biasanya sifat ini masih melakat erat pada orang Mesir yang baru pertama kali bepergian keluar negeri.

Selama dalam perjalanan mengitari kota Jakarta, aku melihat Goumah termenung, sembari matanya terus memandang ke luar jendela taxi. Aku pun heran lalu bertanya kepadanya. ” Kenada kamu diam saja” lalu dia menjawab, ” Hebat negeri kamu, aku tidak membayangkan jika Indonesia seperti ini ckckckc..”. Oh yah ? Jawabku. Dalam hati aku berguman, ternyata Goumah baru meyadari kekeliruannya selama ini tentang Indonesia. Tanpa terasa, kami telah sampai di gerbang utama lokasi Taman Impian Jaya Ancol.

Aku meminta supaya supir membawa kami ke gerbang gondola. Setelah membeli dua lembar tiket, lalu ku ajak Goumah masuk ke dalam gondola. Kebetulan, gondola melewati rute-rute asri nan hijau menawan di bawahnya. Aku melihat pandangan tajam Goumah begitu serius mengikuti setiap gerakan gondola, sambil mulutnya sedikit terbuka. Tanpa banyak bertanya, aku hanya memandanginya sambil tersenyum geli. Tiba-tiba aku terkaget dengan erangannya ” Wuih….negeri kamu betul-betul surga dunia nan hijau “. Aku menimpalinya, sambil berpura-pura tidak tahu, memangnya di negeri kamu tidak ada seperti ini? “Tidak, tidak ada…memang di kami ada dunia fantasi, tapi tidak seluar biasa yang ada di negeri kamu…”. Akhirnya, kami pun tiba di pemberhentian gondola.

Jam telah menunjukkan 14.00 WIB. Sudah saatnya waktu untuk makan siang, tentu saja aku sangat memahami selera makan orang-orang Mesir. Lalu ku ajak Goumah ke sebuah restoran yang bernuansa alam, yang ada di sekitar itu. Kebetulan, juga menawarkan menu khas country steak dan mexican grill. tanpa pikir panjang aku langsung memesan dua porsi besar mexican mix grill lengkap dengan salad serta desertnya. Tidak lama menunggu, hidangan spesial yang kami pesan pun tiba. Seperti sudah ku duga, wajah Goumah langsung bersinar bahagia melihat hidangan istimewa itu. Mulailah kami menikmati hidangan tersebut, yang betul-betul rasanya luar biasa. Tanpa kuduga, disaat mulut Goumah masih penuh dengan daging grill, sesekali mulutnya menguyah-nguyah daging tersebut, ia berguman ” Kabab Indonesia lezat sekali….”. Ku jawab, ” ini bukan kabab tapi Masakan Mexico ala Indonesia”. Asli lezat dan gurih katanya…

Selesai menikmati hidangan grill di restoran, aku melihat badan Goumah pun mulai berat untuk bergerak. Sebagai penutup karena waktu pun sudah menunjukkan jam 15.00 WIB, aku mengajaknya untuk menonton cinema 4D. Sebelumnya dia menolak, karena dia kira hanya cinema biasa saja. Setelah menggenggam tiket masuk, kami pun bergegas ke dalam hall cinema. Aku menuntunnya untuk memakai aksesoris 4D, guna memaksimalkan indera sewaktu menonton adegannya. Seketika, film pun mulai berputar, berkisar tentang kehidupan bawah laut. Tiba-tiba ia berguman ” Emsik…emsik…” (pegang aku..pengang aku), aku menjawab santai ” Tenanggg… “. Akhirnya luapan emosional Goumah terjadi juga, mendadak ia sedikit berteriak ” Ya Lahwi…Eih dah…..ya lahwi eih dah..? ” (Oh Tuhan apaan ini…Oh Tuhan apaan ini?) ucapan itu keluar, sewaktu ia merasakan goyangan efek kursi dan ciptratan air ke wajahnya. Hahaha….ia pun tertawa lepas.

Setelah kami berada di luar hall, aku melihat sekilas wajah Goumah, yang masih menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa sendiri. Tidak lama, taxi pun menghampiri kami. Karena malam pun hampir tiba, aku memerintahkan supir taxi untuk segera kembali ke hotel. Dalam perjalanan ke hotel, Goumah tidak henti-hentinya berterima kasih kepadaku, karena telah membawanya ke tempat yang luar biasa yang akan menjadi kenangan hidup yang tak terlupakan. Bahkan ia berjanji, suatu saat akan kembali lagi ke Indonesia dengan mengajak anak isterinya untuk melihat surga duniawi Indonesia, katanya.

Tepat jam 20.00 WIB, kami pun tiba kembali di hotel, setelah bergumul beberapa jam dengan kemacetan Jakarta. Lalu aku mengantarnya ke depan pintu lift hotel, serta menyalaminya untuk berpamitan, ia pun dengan berat hati melepasku, sambil berkata sampai berjumpa besok aku pun bergegas pergi.

Dalam perjalanan pulang, tidak henti-hetinya aku tersenyum jika mengingat tingkah laku teman Mesirku yang terlalu lugu dan lucu itu. Namun, aku bersyukur karena telah memberinya wawasan serta informasi yang benar sekitar ke indahan alam Indonesia, yang mungkin selama ini tidak terbayang dalam benak Goumah. Dengan kejadian hari ini, minimal pandangan Goumah tentang Mesir sebagai negara terindah di dunia akan terkoreksi. See you Goumah.

visit us: http://www.tiketonline.info

Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TRAVEL BIZ - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger