Indonesia Bak Surga Duniawi


By. Masykur A. Baddal **. Beberapa waktu yang lalu, tepatnya di penghujung tahun 2011. Aku mendapat kunjungan dari seorang sahabat lama. Sahabatku itu bernama Ahmed Goumah, berasal dari negara Mesir. Selain sebagai sahabat, Goumah juga menjadi partner bisnisku selamana ini. Namun, dikarenakan peristiwa revolusi yang melanda Mesir, hubungan bisnis tersebut sempat terhenti beberapa waktu.

Kunjungan Goumah ke Indonesia, memang tidak terduga-duga. Apalagi jika melihat situasi mutakhir saat ini di negara asalnya,  yang serba tidak menentu. Karena masih dalam tahap transisi. Namun, naluri bisnis seorang Goumah untuk tetap eksis dalam percaturan bisnis di negeri asalnya, tidak menyurutkan langkahnya untuk berangkat ke Indonesia, guna memperluas jaringan mitra dalam bisnisnya.

Setelah mendapat informasi mendadak, beberapa jam sebelumnya via SMS. Tepat jam 08.30 WIB, dengan menggunakan maskapai Singapore Airlines, dia telah selamat tiba di Jakarta. Aku pun dari beberapa saat yang lalu, telah berada di airport itu. Setelah mendengar informasi kedatangan pesawat lewat pengeras suara, aku beranjak melihat monitor informasi, untuk memastikan jika pesawat yang ia tumpangi, telah mendarat di bandara Soekarno Hatta.

Beberapa saat menanti, tiba-tiba dari kejauhan aku melihat Goumah dengan ciri khas Mesirnya, berbadan bongsor dan berkepala plontos. Berjalan perlahan-lahan sambil menenteng sebuah hand bag lusuh, dengan ekspresi wajah sedikit kebingungan. Aku memaklumi hal tersebut, karena Indonesia adalah negara pertama yang baru dikunjunginya. Setelah menyelesaikan semua urusan imigrasi dan beacukai di airport, lalu ia pun keluar menemuiku dengan wajah gembira.

“Ya Ahlah Wasahlan fi Ardil Gannah” (selamat datang di negeri surga), dengan penuh kehangatan aku menyambutnya, sambil bersalaman khas Mesir dengannya. Terlihat dia sedikit kaget dengan ucapanku yang mengatakan surga. Aku pun tidak merespon kekagetannya itu, namun tanpa membuang-buang waktu, langsung saja aku membawanya untuk beristirahat di sebuah cafe, yang ada di hall bandara itu.

Setelah cukup beristirahat, sambil menikmati secangkir coffee espresso, lalu kami pun beranjak dari sana menuju ke sebuah hotel yang berdekatan dengan bundaran HI. Selesai melakukan proses check-in hotel, aku membantunya menenteng barang-barang bawaannya, berupa sebuah hand bag lusuh dan kantong kresek pelastik. Mengingat hari itu belum ada agenda resmi pertemuan dengan mitra bisnisnya di Indonesia, maka aku ingin mengajaknya untuk melihat-lihat kota Jakarta, serta berwisata ke Taman Impian Jaya Ancol.

Taman impian jaya ancol, adalah lokasi wisata yang sudah terintegrasi, dengan beberapa fasilitas wisata bertaraf internasional lainnya. Menurutku, tentu pengalaman tersebut akan menjadi sangat berkesan bagi Goumah, apalagi di negara asalnya tidak terdapat taman serupa. Jarum jam telah menunjukkan 10.30, tanpa membuang-buang waktu, aku pun langsung mencarter sebuah taxi, guna menghindari kemacetan dan batas waktu three in one dalam kota Jakarta.

Salah satu sifat unik orang Mesir adalah, selalu menganggap bahwa negerinya yang terbaik di dunia dengan ungkapan ” Masri Ommud Donya, Wa agmal balad fil ‘Aalam” (Mesir adalah Ibu dari negeri-negeri di dunia, dan negeri terindah di seluruh dunia). Biasanya sifat ini masih melakat erat pada orang Mesir yang baru pertama kali bepergian keluar negeri.

Selama dalam perjalanan mengitari kota Jakarta, aku melihat Goumah termenung, sembari matanya terus memandang ke luar jendela taxi. Aku pun heran lalu bertanya kepadanya. ” Kenada kamu diam saja” lalu dia menjawab, ” Hebat negeri kamu, aku tidak membayangkan jika Indonesia seperti ini ckckckc..”. Oh yah ? Jawabku. Dalam hati aku berguman, ternyata Goumah baru meyadari kekeliruannya selama ini tentang Indonesia. Tanpa terasa, kami telah sampai di gerbang utama lokasi Taman Impian Jaya Ancol.

Aku meminta supaya supir membawa kami ke gerbang gondola. Setelah membeli dua lembar tiket, lalu ku ajak Goumah masuk ke dalam gondola. Kebetulan, gondola melewati rute-rute asri nan hijau menawan di bawahnya. Aku melihat pandangan tajam Goumah begitu serius mengikuti setiap gerakan gondola, sambil mulutnya sedikit terbuka. Tanpa banyak bertanya, aku hanya memandanginya sambil tersenyum geli. Tiba-tiba aku terkaget dengan erangannya ” Wuih….negeri kamu betul-betul surga dunia nan hijau “. Aku menimpalinya, sambil berpura-pura tidak tahu, memangnya di negeri kamu tidak ada seperti ini? “Tidak, tidak ada…memang di kami ada dunia fantasi, tapi tidak seluar biasa yang ada di negeri kamu…”. Akhirnya, kami pun tiba di pemberhentian gondola.

Jam telah menunjukkan 14.00 WIB. Sudah saatnya waktu untuk makan siang, tentu saja aku sangat memahami selera makan orang-orang Mesir. Lalu ku ajak Goumah ke sebuah restoran yang bernuansa alam, yang ada di sekitar itu. Kebetulan, juga menawarkan menu khas country steak dan mexican grill. tanpa pikir panjang aku langsung memesan dua porsi besar mexican mix grill lengkap dengan salad serta desertnya. Tidak lama menunggu, hidangan spesial yang kami pesan pun tiba. Seperti sudah ku duga, wajah Goumah langsung bersinar bahagia melihat hidangan istimewa itu. Mulailah kami menikmati hidangan tersebut, yang betul-betul rasanya luar biasa. Tanpa kuduga, disaat mulut Goumah masih penuh dengan daging grill, sesekali mulutnya menguyah-nguyah daging tersebut, ia berguman ” Kabab Indonesia lezat sekali….”. Ku jawab, ” ini bukan kabab tapi Masakan Mexico ala Indonesia”. Asli lezat dan gurih katanya…

Selesai menikmati hidangan grill di restoran, aku melihat badan Goumah pun mulai berat untuk bergerak. Sebagai penutup karena waktu pun sudah menunjukkan jam 15.00 WIB, aku mengajaknya untuk menonton cinema 4D. Sebelumnya dia menolak, karena dia kira hanya cinema biasa saja. Setelah menggenggam tiket masuk, kami pun bergegas ke dalam hall cinema. Aku menuntunnya untuk memakai aksesoris 4D, guna memaksimalkan indera sewaktu menonton adegannya. Seketika, film pun mulai berputar, berkisar tentang kehidupan bawah laut. Tiba-tiba ia berguman ” Emsik…emsik…” (pegang aku..pengang aku), aku menjawab santai ” Tenanggg… “. Akhirnya luapan emosional Goumah terjadi juga, mendadak ia sedikit berteriak ” Ya Lahwi…Eih dah…..ya lahwi eih dah..? ” (Oh Tuhan apaan ini…Oh Tuhan apaan ini?) ucapan itu keluar, sewaktu ia merasakan goyangan efek kursi dan ciptratan air ke wajahnya. Hahaha….ia pun tertawa lepas.

Setelah kami berada di luar hall, aku melihat sekilas wajah Goumah, yang masih menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa sendiri. Tidak lama, taxi pun menghampiri kami. Karena malam pun hampir tiba, aku memerintahkan supir taxi untuk segera kembali ke hotel. Dalam perjalanan ke hotel, Goumah tidak henti-hentinya berterima kasih kepadaku, karena telah membawanya ke tempat yang luar biasa yang akan menjadi kenangan hidup yang tak terlupakan. Bahkan ia berjanji, suatu saat akan kembali lagi ke Indonesia dengan mengajak anak isterinya untuk melihat surga duniawi Indonesia, katanya.

Tepat jam 20.00 WIB, kami pun tiba kembali di hotel, setelah bergumul beberapa jam dengan kemacetan Jakarta. Lalu aku mengantarnya ke depan pintu lift hotel, serta menyalaminya untuk berpamitan, ia pun dengan berat hati melepasku, sambil berkata sampai berjumpa besok aku pun bergegas pergi.

Dalam perjalanan pulang, tidak henti-hetinya aku tersenyum jika mengingat tingkah laku teman Mesirku yang terlalu lugu dan lucu itu. Namun, aku bersyukur karena telah memberinya wawasan serta informasi yang benar sekitar ke indahan alam Indonesia, yang mungkin selama ini tidak terbayang dalam benak Goumah. Dengan kejadian hari ini, minimal pandangan Goumah tentang Mesir sebagai negara terindah di dunia akan terkoreksi. See you Goumah.

visit us: http://www.tiketonline.info

 

Perjalanan Mendebarkan Ke Puncak Bukit Tursina Mesir


By. Masykur A. Baddal **. Jabal Musa, adalah nama sebuah puncak gunung tertinggi, dari sederetan gugusan pegunungan yang ada di semenanjung Sinai, Mesir. Karakteristik dari pegunungan di wilayai Sinai adalah tandus. Hampir seluruh bukit-bukit yang ada disekitar pengunungan itu terdiri dari karang gunung. Hanya sebagian kecil saja ditumbuni  pohon palem  dan cemara.

Jarak Jabal Musa, atau lebih terkenal dengan sebutan Bukit Tursina, dari kota Cairo sekitar 450 km. Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau bis wisata, dalam waktu 5 jam perjalanan. Dengan menyusuri padang pasir dan bukit-bukit terjal serta tandus sepanjang perjalanan. Sehingga menambah nuansa pertualangan perjalanan itu sendiri.

1325952081979181942
St. Catherine di kaki Jabal Musa, dipercaya sebagai gereja tertua ortodox di muka bumi ini.
Dinamakan Jabal Musa (Gunung Musa), karena di puncak gunung itulah nabi Musa a.s. menerima wahyu dan berjumpa dengan Tuhannya, sebagaimana yang dikisahkan oleh Al Qur’an. Dalam agama Nasrani peristiwa ini terkenal dengan isitilah ” Ten Commandments atau Decalogue “.

Nabi Musa a.s. bersama kaumnya bani Israil, sedang berusaha keluar dari negeri Mesir menuju ke negeri harapan Kanaan (Palestina), karena dikejar oleh pasukan Fir’aun. Setibanya di kaki bukit Tursina semenanjung Sinai, ia mendapat perintah dari Allah naik ke atas gunung tersebut untuk menerima wahyu. Lalu, nabi Musa a.s. memerintahkan kepada saudaranya Harun a.s. untuk mengurus kaumnya, selama ia masih berada di atas bukit.

Sekembalinya Musa a.s. dari atas bukit Tursina, ia dikagetkan oleh kelakuan kaumnya yang kembali menyembah berhala. Ia pun murka kepada Harun a.s. karena tidak menjalankan amanahnya. Nabi Harun a.s. menjelaskan bahwa bani Israil telah difitnah oleh Samiri untuk kembali menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas itu. Demikian sedikit penggalan kisah Musa a.s.
13259512941132782021
Onta yang berfungsi sebagai ojek, dioperasikan oleh suku Badui setempat. Siap mengantarkan wisatawan mendaki ke puncak pertama.
Mendaki puncak Jabal Musa, sudah menjadi obsesi setiap orang yang datang ke lokasi tersebut. Berbagai ras dan suku bangsa, sudah berkumpul setiap harinya di kaki Jabal Musa. Mereka semua bermaksud untuk mendaki gunung itu.

Namun, akibat medan yang terjal serta sangat berbahaya, karena sudah banyak memakan korban jiwa dari para wisatawan. Pihak keamanan setempat, mewajibkan setiap pendaki harus ditemani oleh seorang guide khusus dari suku baduwi Sinai. Yang sudah sangat memahami seluk beluk lokasi di pegunungan itu.

Perjalanan menuju puncak Jabal Musa, memakan waktu sekitar lima sampai dengan tujuh jam. Yaitu tergantung kekuatan fisik dari si pendaki itu sendiri. Akibat berbahanya medan yang dilalui, tidak jarang terjadi, si pendaki mendadak pingsan di celah-celah gunung batu itu karena kekurangan oksigen. Sehingga harus diberikan pertolongan pertama oleh kelompoknya. Bahkan ada  juga yang mendadak merasakan seluruh ototnya keram, atau yang terjatuh dan tersangkut di ujung jurang yang terjal, akibat kelelahan atau kelalaian dalam mendaki tebing terjal gunung itu.
13259273361793745622
Sunrise atau matahari terbit, merupakan peristiwa unik yang menjadi buruan para pendaki.

Sebagian besar pendaki, memilih waktu mendaki pada pertengahan malam. Disamping lebih nyaman dan adem dari terik panas matahari, juga akan tiba di puncak tepat beberapa saat lagi terjadinya sunrise (proses matahari terbit), yang merupakan pemandangan luar biasa, sehingga menjadi buruan setiap pendaki untuk mendapatkan event istimewa itu.

Dipuncak Jabal Musa, terdapat bangunan mesjid dan gereja ukuran mini. Sehingga masing-masing pemeluk agama, dapat melakukan ritual khusus agamanya, di saat berada di paling puncak gunung itu. Tentu saja akan merasakan kekhusukan serta nuansa yang sangat berbeda melakukan ritual pada ketinggian 2850m diatas permukaan laut. Sambil membayangkan kisah Musa a.s. pada detik-detik terakhir akan bertemu dengan Tuhannya.
13259522652058501324
Bangunan Mesjid dan Gereja mini di puncak Jabal Musa, tampat pemeluknya melakukan ritual di saat berada di sana .
Anda tertantang? Rasakan gejolak adrenalin yang meletup-letup disaat menelusuri tebing curam gunung tersebut. Tentu saja, petualangan ini tidak disarankan bagi yang mengidap penyakit jantung, atau seseorang yang lagi  kondisi fisiknya tidak fit.

Salam.
visit us: http://www.tiketonline.info
 

Misteri Mummi Fir'aun Sang Pengajar Musa


By. Masykur A. Baddal **. Kisah sekitar kekejaman dan kedigdayaan Fir’aun betul-betul sudah sangat membumi. Sehingga, setiap orang yang mendengarkan nama itu saja, otomatis memorinya langsung membayangkan, kekejaman demi kekejaman yang telah ia lakukan terhadap rakyatnya, dimana seharusnya ia lindungi. Semua itu ia lakukan, demi mempertahankan kekuasaan tanpa batas, sekaligus menjadi sembahan abadi bagi rakyatnya.
13260302571701198146
Ilustrasi: Proses pembelahan laut merah oleh Musa a.s.

Fir’aun atau Pharaoh, adalah julukan bagi raja-raja Mesir kuno. Yang memerintah sesuai garis keturunan yang mereka miliki. Dari sekian banyaknya fir’aun Mesir yang telah berkuasa, paling menonjol adalah fir’aun Ramses II, yang berkuasa pada abad ke 14 SM. Pada masa pemerintahan fir’aun Ramses II inilah, kejayaan keluarga dinasti fir’aun dicapai. Ramses II, adalah fir’aun yang paling lama memerintah dalam sejarah Mesir kuno, yaitu +/- 60an tahun. Ia juga dikenal sebagai fir’aun penindas dan sangat kejam terhadap kaum minoritas bani Israil.

Bersamaan dengan masa kejayaan fir’aun Ramses II ini, Allah SWT telah mengutus Musa a.s. untuk menyelamatkan kaum bani Israil, dari rongrongan serta kekejaman di luar batas kemanusiaan, terhadap bani Israil sebagai kaum minoritas saat itu. Setelah tercapainya deal antara Musa a.s. dengan Ramses II, untuk membawa kaum bani Israil keluar dari negeri Mesir, menuju negeri Kanaan (Palestina sekarang), maka seketika berkumpullah ribuan kaum bani Israil, yang sudah siap mengikuti Musa a.s. untuk meuju negeri harapan.
13260304191972891378
Peta penyebrangan Musa a.s. dengan pengikutnya kaum bani Israil.

Selang beberapa hari kemudian, setelah fir’aun mendapat masukan dari para penasehatnya. Ia berbalik hati, bahkan ingin menumpas Musa a.s. bersama semua pengikutnya dari bani Israil. Karena ia meyakini, bahwa suatu saat Musa a.s. akan kembali bersama kaumnya ke negeri Mesir serta akan menghancurkan kekuasaannya. Tanpa pikir panjang, fir’aun pun langsung mempersiapkan semua kekuatan militernya untuk mengejar mereka. Dimana saat itu, Musa a.s. beserta pengikutnya sudah hampir mendekati tepi pantai (wilayah Nuweiba, Sinai Mesir saat ini), dan akan menyeberangi teluk Aqaba menuju negeri Midian di daratan Hijaz.
1326029824535851763
Roda kereta: Benda temuan Ron Wyatt di dasar laut merah, lokasi penyebrangan Musa a.s.
Setelah Musa a.s. dan pengikutnya mengetahui, bahwa bala tentara fir’aun sedang mengejar untuk membinasakan mereka, maka kucar-kacirlah mereka para kaum bani Israil. Serta meminta Musa a.s. untuk mencarikan jalan keluar untuk bisa selamat dari pengejaran fir’aun tersebut. Disaat itulah Muasa a.s. menerima wahyu dari Allah SWT, untuk memukulkan tongkatnya ke air laut merah itu. Seketika, laut pun terbelah dua, seakan memberikan jalan untuk mereka. Tanpa pikir panjang, Musa a.s. dan pengikutnya langsung menyeberangi laut tersebut, hingga sampai dengan selamat ke tepi pantai bagian timur daratan Hijaz. Seketika, bani Israil melihat dengan cemas, bahwa bala tentara fir’aun juga sedang melakukan penyeberangan melewati jalan mereka tadi. Namun, berselang beberapa saat kemudian, air laut pun kembali menyatu, serta membinasakan semua bala tentara fir’aun, termasuk fir’aun itu sendiri.
1326029998113599252
Gambaran kereta perang yang sama, di Museum El Tahrir Mesir

Selang beberapa waktu kemudian, bala tentara fir’aun bantuan mendapatkan jasad fir’aun beserta tentaranya mengapung di sepanjang pantai laut merah itu. Lalu, jasad tersebut dibawa pulang ke kota Qantir sebagai pusat kerajaan pada waktu itu. Sebagai tradisi fir’aun pada waktu itu, semua raja-raja fir’aun akan diabadikan dengan cara membalsem jasadnya, sehingga bertahan hingga beberapa abad kemudian. Setelah dibalsem, baru kemudian disemayamkan bersama barang-barang kesayangannya dalam sebuah peti mewah besar, lalu ditanam di wilayah Lembah para Raja (Valley of the Kings) Luxor.

Misteri mummi fir’aun sang pengejar Musa itupun terkuak. Setelah beberapa ahli mengsinkronisasikan, masa berkuasanya fir’aun Ramses II, dengan periode pengutusan Musa a.s. kepada kaum bani Israil, yaitu pada abad 14 SM. Disamping itu, juga terdapat keanehan dalam peti mati sang fir’aun. Yaitu, kereta perang yang bentuknya tidak sempurna, begitu juga beberapa aksesoris lainnya. Yang secara kebetulan, sangat berbeda dengan barang bawaan peti mati fir’aun lainnya. Semuanya utuh dan terawat rapi.
13260301081540295338
Mummi Firaun sang pengejar Musa, dipajang untuk umum di Museum El Tahrir Mesir

Hal ini, juga diperkuat dengan temuan terakhir arkeolog dunia Ron Wyatt. Disekitar daerah penyeberangan, ia telah menemukan roda kereta perang, as roda kereta dan beberapa rangka manusia. Sehingga semakin memperkuat analisa tersebut. Dimana, semua benda-benda peninggalan itu, dapat dilihat langsung di Museum El Tahrir Mesir.

Bagi seorang muslim, peristiwa tersebut sudah sangat jelas dikisahkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. Yang inti tujuannya adalah, Allah mengapungkan serta mengabadikan jasad fir’aun beserta bala tentaranya, untuk dijadikan contoh bagi orang-orang yang ingkar serta sombong akan azab Allah yang nyata.
Kisah-kisah tersebut dapat dibaca dalam Al Qur’an pada ayat dan surat berikut:  surat “Thaha” ayat 77 hingga 79 ; surat “Asy-Syua’ra” ayat 60 hingga 68 ; surat “Yunus” ayat 90 hingga 92.
Semoga, kisah perjalanan fir’aun yang sombong serta kejam ini, dapat kita ambil sari patinya demi kebaikan hidup ummat manusia, dimasa yang akan datang.

Salam.
visit us: http://www.tiketonline.info
 

Alamak, Bau Terasi Dikira Kentut Keledai


By. Masykur A. Baddal **. Ada pengalaman lucu yang pernah terjadi belasan tahun silam, tapi masih saja menggelitik hatiku hingga saat ini. Mungkin karena kisahnya unik, yang disebabkan kesalah pahaman antara dua kubu, yang berbeda latar belakang bangsa, bahasa, warna kulit dan tradisi. Hampir saja menjadi sebuah petaka yang menyedihkan.

Kisahnya begini. Keinginan untuk bisa belajar di luar negeri saat itu, merupakan dambaan hampir semua anak bangsa. Apalagi jika kesempatan tersebut dibarengi dengan iming-iming beasiswa selama melaksanakan studi. Ternyata, karena memang sudah menjadi langkah keberuntungan ku, kesempatan langka itupun ku peroleh tanpa diduga-duga sebelumnya. Institusi yang menjadi sponsor program beasiswa ku, menyodorkan beberapa pilihan beasiswa dari universitas-universitas mentreng yang ada di Timur Tengah sana.

Tanpa banyak komentar, dengan yakin dan semangat aku langsung memilih Universitas Al Azhar di Mesir. Padahal sang sponsor menawarkan ke beberapa universitas negara lain, yang menurut mereka fasilitas dan beasiswanya lumayan bagus dan besar. Namun aku tetap tidak bergeming, hatiku sudah membatu untuk belajar di universitas tertua tersebut. Hal ini mungkin karena banyak sanak saudara keluarga kami, menjadi alumni dari universitas mentereng itu, ditambah lagi informasi-informasi yang ku dapat hanya berkisar pada Universitas Al Azhar saja.

Akhirnya, setelah menerima keputusan dari ku, sang sponsor pun langsung meminta segera menyiapkan beberapa berkas yang diperlukan. Setelah semua berkas terpenuhi, kini giliran penantian panjang menghantuiku, akan kepastian berangkat ke negeri idaman tersebut. Beberapa bulan sudah ku lalui dalam penantian, yang hampir saja membuat ku putus asa dan frustasi. Namun, panggilan keberangkatan itu akhirnya datang juga. Khayalan dan impian indahpun kerap memenuhi imajinasi ku sekitar negara yang akan ku tuju. Apalagi informasi umum yang selama ini kujumpai, mensejajarkan negara tujuan tujuan tak ubahnya bagaikan negara makmur dan super power.

Setelah melakukan perjalanan udara selama 15 jam, dengan menggunakan maskapai Singapore Airlines. Akhirnya, aku sampai juga di negeri idaman tersebut. Tanpa menunggu lama, petugas imigrasi airport langsung mengarahkan para penumpang ke pintu loket imigrasi, untuk mendapatkan stempel kedatangan. Berbekal alamat yang diberikan oleh sponsor di tanah air, serta kemampuan bahasa Arab dan Inggeris alakadarnya, akupun menghampiri supir taxi yang berjejeran menunggu penumpang di pintu keluar. Selanjutnya, setelah disepakati harga dan alamat yang dituju, kami pun meluncur dengan cepat menuju asrama mahasiswa internasional Al Azhar (Bu’uts) di district Abbasea.

Dalam perjalanan menuju asrama Al Azhar, ada beberapa hal yang ku jumpai di kiri kanan jalan, dan membuat hatiku penasaran. Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya kepada sang supir dengan menggunakan bahasa Arab standar, ” Tuan, kenapa orang-orang di jalanan itu banyak yang menghadap tembok, bukankah terminal bis ada dibelakang mereka? “, dengan heran dan sedikit pandangan menyelidik. Si supir pun menjawab. Oo..mereka itu lagi buang air kecil, karena terburu-buru mau ke kantor. Oh..my God, dalam pikiranku, sebanyak itukah manusia yang buang air kecil sembarangan di jalan? Mana nich petugas kebersihannya? Belum sempat aku membalas jawaban si supir, eh…ternyata aku melihat peristiwa aneh lain yang tidak kalah menariknya. Aku pun langsung bertanya ke si supir. ” Tuan, kenapa orang itu memukul-mukul kuda itu, khan kudanya tidak berbuat salah? “. Jawab si supir: itu bukan kuda, itu adalah himar (keledai), keledai kalau jam segini masih ngorok, jadi susah diajak kerja. Makanya harus ditendang, dan dipukuli pakai kayu dulu baru hewan itu bangun dan sadar. Oh my God, segitu kasarkah caranya untuk membangunkan seekor keledai..? ckckckc. Belum sempat aku mengajukan pertanyaan lanjutan, supir taxi memberitahu bahwa kami sudah sampai di tujuan. Setelah membayar semua ongkos dan tak lupa mengucapkan syukran (terimakasih) kepada supir, aku pun menuju ke ruang tunggu asrama sambil menenteng barang bawaanku, serta melakukan registrasi.

Beberapa saat kemudian, seorang pemuda perawakan arab yang berumur sekitar 30an tahun, datang menghampiri ku. Setelah mengucapkan salam, lalu berkata, kamu mahasiswa baru itu? iya benar bang, jawab ku. Oke, mari ikut aku, tak lupa dia mengenalkan dirinya. Nama saya Jamal Al Habsyi dari Jakarta, sekarang kita mengurus pemondokan untuk mendapatkan kamar, katanya. Lalu, kami pun beranjak dari ruang tunggu tersebut.

Dalam perjalanan menuju sekretariat asrama, kami melalui banyak gedung-gedung tua, yang menurut penilaian ku gedung-gedung tersebut tidak layak huni lagi dan siap untuk dirobohkan. Karena penasaran aku pun bertanya, bang gedung-gedung ini mau dirobohkan yah? Jawabnya: ya engga lah, justeru kita pada tinggal di gedung-gedung itu. Wah…apa gak bakal roboh? sanggah ku. Engga, khan disini gak ada gempa macam di Indonesia, jawabnya. Belum beberapa langkah kami beranjak, kembali pemandangan langka terjadi dihadapanku. Ada 3 orang mahasiswa asal Afrika sedang bermain piring terbang. Orang pertama melemparkan piring terbang dari halaman ke jendela temannya, di tingkat 2 gedung asrama. 

Selanjutnya orang kedua menangkap, dan melanjutkan lemparan ke orang ketiga, di tingkat dua gedung di sebelahnya. Karena penasaran aku pun bertanya. Emangnya disini ada olahraga lempar cakram, bang? jawab bang Jamal, cakram apaan? tuh yang sedang dimaenin sama orang-orang Afrika. OOoo…itu bukan cakram, tapi namanya roti ais. Roti ais itu adalah makanan pokok orang Mesir, kita juga akan makan roti ais selama tinggal disini. Memang bentuknya kayak bola cakram hehehe, timpalnya dengan nada canda. Kembali aku larut dalam pikiran ku sendiri, setelah melihat beberapa keanehan yang betul-betul sangat langka.

Tepat jam 14.00 siang waktu Cairo, akhirnya kunci kamar pun ku terima. Kebetulan aku berada satu kamar dengan seorang teman dari Makasar, yang kebetulan sampai di hari yang sama tapi menggunakan masakapai berbeda. Setelah membereskan barang bawaan masing-masing, kami pun terlelap tidur beberapa saat karena kecapean.

Saat terbangun kembali, jam telah menunjukkan 17.00 waktu setempat, karena waktu itu musim dingin, jadi matahari pun sudah tenggelam. Tapi, tiba-tiba saat itu kami mencium bau busuk yang luar biasa menusuk hidung. Kebetulan di partisi kami ada 10 kamar, 9 kamar lainnya diisi oleh mahasiswa asal Afrika. Karena penasaran aku pun membukakan pintu kamar, untuk mengetahui sumber bau tersebut. Ternyata bau berasal dari aroma masakan tetangga. Akhirnya kami pun keluar kamar, menuju ke taman asrama untuk menghisap udara segar, karena tidak kuat dengan aroma aneh tersebut.

Jam telah menunjukkan 19.00, kami kembali ke kamar, ternyata aroma aneh tadipun sudah mulai lenyap. Karena perut sudah mulai protes, kami berencana untuk masak, kebetulan di setiap kamar ada tersedia kompor listrik mini. Teman ku yang asli Makasar mengusulkan untuk masak makanan Makasar saja, kebetulan dia membawa bekal dari tanah air. Aku pun menyetujuinya. Setelah selesai menanak nasi, giliran mulai goreng dan tumis, teman ku mengeluarkan sebongkah terasi basah, warnanya kehitaman pekat. Katanya, ini terasi cumi asli Makasar. Mulailah dia menumis terasi lezat tersebut. Menit pertama suasana aman, tanpa ada kejadian apapun. Menjelang menit ketiga, terdengarlah teriakan keras dari kamar sebelah, Aiwaaa Reeehah… karena kami masih baru, jadi tidak paham dengan istilah tersebut. Akhirnya, kami mereka-reka kira-kira apa arti kata ” Reehah”. Ternyata artinya kalau menurut kamus adalah angin, berarti menurut kami mereka lagi senang.

Menjelang memasuki menit ke tujuh, disaat aroma terasi sedang topnya, terdengarlah suara gedoran pintu diikuti teriakan, “Aiwaaa Reehaah Ya Khumarr…” yang akhirnya kami baru tahu, kalau itu artinya ” Woi..Keledai, Siapa yang kentut itu..”, tanpa diduga mereka sudah menggedor pintu kamar kami, dan membukanya secara paksa, Brakkkk….terlihatlah perawakan-perawakan wajah bengis pembawaan alami orang Afrika, yang siap untuk menerjang. Kami sempat bingung dan gemeteran, kok bisa jadi begini. Lalu salah seorang senior dari mereka berujar dengan bahasa Arab standar kepada kami, ” Kalian orang baru, kalau mau kentut jangan disini, keluarlah. Kentut sembarangan di negara asal kami Mali, sama saja mengajak perang”, katanya demikian.

Secara reflek akupun menjawab, kami tidak kentut, kami hanya memasak makanan khas negara kami. Tadi kalian juga masak, baunya sangat mengganggu, tapi kami langsung keluar duduk di taman. Tapi, kenapa giliran kami memasak justeru kalian yang sewot? karena tidak mau kalah, orang Mali itu berujar. Mana bukti kalau kalian sedang masak? teman ku pun menunjukkan makanan seafood khas makasar yang telah siap saji kepada mereka, dan menyuruh mereka menyicipinya. Setelah dicicip…Wow katanya, lezat sekali makanan ini. Apakah ini chinese food? katanya sembari tersenyum. Akhirnya mereka pun minta maaf atas khilaf yang terjadi. Sebagai gantinya, sang senior memperkenalkan kepada kami ke delapan teman barunya, beberapa saat kemudian, mereka pun kembali ke kamar masing-masing dengan ceria.

Setelah mereka semua berlalu, barulah kami bisa menikmati makan malam istimewa pertama di negeri Mesir. Diselingi dengan rasa bahagia karena telah bertambah sembilan orang sahabat dari negara Mali, walaupun sebelumnya hampir saja terjadi malapetaka akibat aroma terasi. Tanpa terasa tubuh kami pun terkulai lemas kekeyangan, larut dalam mimpi indah di negeri seribu menara.

 

Kiat Fir'aun Menghindari Ubanan


By. Masykur A. Baddal **. Bila mendengar nama Fir’aun, pikiran dan imajinasi kita akan terbang nun jauh kesana membayangkan berbagai kekejamannya. Seperti membunuh rakyatnya yang membangkang karena tidak bersedia menyembahnya.
Terbayang juga kisah kekejaman bala tentara Fir’aun saat mengejar Nabi Musa a.s bersama pengikutnya. yang berakhir dengan sebuah Mu’jizat terbelahnya Laut Merah. Termasuk juga kisah-kisah kekejaman Fir’aun yang lain, terus menerawang dalam benak kita tanpa berkesudahan.

Sebenarnya, disamping kisah-kisah kekejaman Fir’aun, ternyata banyak juga kisah-kisah lain yang berhubungan dengan kehidupannya sebagai manusia biasa. Kisah ini terekam dengan jelas dalam tulisan-tulisan prasasti Mesir kuno. Ada yang ditulis diatas kertas papyrus, termasuk dipahat diatas batu granite.

Satu hal yang sangat menarik tentang kiat Fir’aun mengatasi proses ubanan dini. Sebab, mereka sangat konsisten menjaga penampilan diri. Mereka ingin tampil dihadapan rakyat dan penyembahnya dengan performance yang sangat sempurna.
Jika kita berkunjung ke Museum El Tahrir Mesir, dapat dilihat secara langsung beraneka ragam jenis topeng, pernak-pernik, sarung tangan, sampai kepada kursi singgasana. Semua asesoris itu terbuat dari logam mulia (emas murni) atau perak.
Satu hal yang tidak bisa mereka ganti dengan logam mulia atau perak adalah rambut. Umumnya, para Fir’aun memiliki rambut panjang dan terurai lepas. Hanya para khadam (pesuruh) yang berkepala plontos. Untuk terus mempertahankan rambutnya tetap hitam lebat atau merah bersinar, ternyata mereka mempunyai resep rahasia.
Hal ini terbukti jika dilihat mumi-mumi Fir’aun di Museum El Tahrir Mesir, rata-rata berambut lebat. Apakah resep rahasia tersebut? Hasil temuan para peneliti khusus Mesir kuno mengungkapkan bahwa raja-raja Fir’aun kerap mengusap teh pekat Mesir atau Egyptian Hibiscus Tea (karkade) dicampur dengan garam laut pada setiap malam bulan purnama atau dipagi hari sebelum matahari terbit.

Kemudian, meraka membersihkannya dengan air sungai Nil disaat matahari mulai terbit. Sayangnya, karena image negatif tentang kekejaman Fir’aun lebih menonjol maka resep rahasia itu terlupakan. Bahkan kebiasan-kebiasaan yang ada kaitannya dengan unsur medis dan kosmetika jarang diperaktekkan oleh anak cucunya di Mesir. Oleh karena itu, rata-rata keturunannya memiliki rambut botak dan ubanan. Kenapa tidak, resep rahasia ini kita coba praktekkan, siapa tahu manjur untuk rambut orang-orang Indonesia.

Salam.
visit us: http://www.tiketonline.info
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TRAVEL BIZ - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger